Jumlah Penduduk
Penduduk Laki-laki
Penduduk Perempuan
Usia 0 s/d 5 th
Usia 6 s/d 12 th
Usia 13 s/d 20 th
Usia 21 s/d 40 th
Usia > 41 th
Gambar Balai desa
Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. It was popularised in the 1960s with the release of Letraset sheets containing Lorem Ipsum passages, and more recently with desktop publishing software like Aldus PageMaker including versions of Lorem Ipsum.
Desa Aro merupakan salah satu desa tertua diantara Desa Empat (Olak, Muara Singoan, Aro dan Sungai Baung), dalam sejarah pendiriannya yang bersumber dari orang tua terdahulu hingga sekarang sejarah pendiriannya masih tertanam pada masyarakat Desa Aro. Desa Muara Singoan yang pada mulanya termasuk dalam wilayah Desa Aro, namun sejak tahun 50-an berdirilah Desa Maharu yang akhirnya berganti dengan Muara Singoan.
Dari cerita yang disampaikan dari orang tua terdahulu bahwa pada zaman dahulu ada tiga orang pemuda (sebut saja Sang Tua, Sang Tengah dan Sang Muda) yang berasal dari daerah ilir Sungai Batang Hari (sebagian persi ada yang menyebutkan dari daerah hulu sungai Batang Hari), mereka menelusuri Sungai Batang Hari dengan mengunakan sebuah perahu dan membawa perlengkapan secukupnya serta membawa seekor ayam jantan. Pada setiap tempat yang ada penghuninya, mereka singgah dan diantaranya tempat yang mereka singgahi adalah Keramat Kelambu Api (sekarang Desa Kubu Kandang Kecamatan Pemayung), pada setiap tempat yang disinggahinya mereka mengadu ayam untuk beberapa lama.
Setelah sekian lama mengadu ayam mereka meneruskan perjalanan ke hulu Sungai Batang Hari, berkat dari petunjuk ayam jantan yang dibawanya, mereka singgah pada suatu tempat, ayam dilepas terlebih dahulu kemudian perahu diikat dengan membuat sebuah pancang dari sebatang kayu. Setelah cuku lama mereka berkeliling di tempat tersebut mereka merasa tertarik untuk bermukim disana maka untuk tempat tinggal mereka membuat sebuah pondok dengan memenuhi ketentuan yang digariskan oleh nenek moyang mereka sehingga mereka menetap di sana, dalam memenuhi kebutuhan sehari-haru mereka membuka lahan pertanian sehingga kebutuhan hidupnya dapat tercukupi dari hasil ladang pertanian tersebut. Disamping itu untuk kebutuhan lauk pauk mereka juga membuat alat untuk menangkap ikan berupa Luka yang dipasang disebuah sungai kecil agak ke hilir dari tempat tinggalnya yang bernama Sungai Seni (sekarang terletak di ujung Timur Desa Sungai Baung/berbatasan dengan Desa Bajubang Laut Kecamatan Muara Bulian).
Luka yang mereka pasang tidak pernah mendapatkan hasil didalamnya pada hal sungai tersebut banyak sekali terdapat berbagai jenis ikan, hingga timbul rasa kecurigaan bagi mereka, setelah diselidiki ternyata ikan yang ada di dalam Luka sudah diambil oleh makhluk lain yakni Hantu Pirau, hantu tersebut megambil ikan yang ada didalam Luka sebelum mereka melihatnya dan itu berlangsung untuk beberapa kali. Terbit rasa kesal mereka, maka dibuatlah gelang-gelang dari rotan dan diletakkan dekat Luka sebagai alat perangkap untuk menangkap Hantu Pirau.
Setelah perangkap dipasang mereka bersembunyi diemapat yang aman untuk mengintip gerak-gerik Hantu Pirau, selang beberapa lama tibalah saatnya Hantu Pirau melihat luka yang dipasang tersebut, namun Hantu Pirau merasa heran karena disamping Luka terdapat gelang-gelang yang terbuat dari rotan sehingga menarik perhatiaanya dan ingin mencoba memakai gelang tersebut, namun pada saat ingin mengambil isi Luka, gelang yang dipakainya tidak bisa dilepaskan lagi semakin meronta maka gelang rotan tersebut semakin kuat mengikatnya, Hantu Pirau dengan caci makinya akhirnya terjerat dengan gelang tersebut dan tidak bisa lagi lari kemana-mana. Melihat perangkap yang dipasang sudah membuahkan hasil akhirnya ketiga pemuda tersebut keluar dari persembunyiannya dan ditangkaplah Hantu Pirau itu oleh ketiga orang pemuda tadi, dengan susah payah akhirnya Hantu Pirau diikat dan dibawa pulang ke pondok. Atas kesepakan ketiga pemuda tersebut, bulu-bulu yang tumbuh diseluruh tubuh Hantu Pirau dicukur dan dan ternyata Hantu Pirau tersebut ternyata berjenis kelamin perempuan, maka merekapun memberikannya pakaian, namun setelah diberi pakaian betapa terkejutnya ketiga pemuda tersebut setelah melihat akan kecantikan Hantu Pirau, akhirnya mereka sepakat untuk memberikan nama yakni Putri Seni.
Hari berganti minggu, minggupun berganti bulan dan bulanpun beranjak tahun, setelah sekian lama mereka mendidik dan mengasuh Putri Seni dan mengetahui tata krama sebagai layaknya manusia, timbul rasa cinta dan rasa ingin memiliki dalam hati ketiga pemuda tersebut, karena mereka ada bertiga dan tidak mungkin dimiliki secara bersama-sama, sehingga untuk mengetahui siapa yang berhak mendapatkan Putri Seni ketiga pemuda tersebut sepakat mengadakan pertandingan untuk menetapkan siapa yang layak untuk memperistrikan Putri Seni. Akhirnya terjadilah adu tanding antara mereka bertiga. Setelah sekianlama mereka beradu tanding karena mereka bertiga adalah jawara yang sama-sama memiliki olah kanuragan yang sangat tinggi dan akhirnya pertandingan itu dimenangkan oleh Sang Tengah, sehingga Sang Tengahlah yang berhak mendapatkan Putri Seni untuk dijadikan sebagai istri.
Merasa kalah Sang Tua dan Sang Muda harus merelakan Putri Seni menjadi milik Sang Tengah dan akhirnya mereka berdua memisahkan diri dengan mencari jalan hidup masing-masing. Sang Tengah dan Putri Seni hidup menjadi suami istri dan beranak pinak dan hidup menetap ditempat tersebut.
Kayu pancang tempat mengikat tali perahunya dahulu hanya berupa ranting yang kecil kini telah tumbuh tunas dan menjadi besar dan subur yang akhirnya menjadi sebatang pohon yang cukup rindang yang bernama Kayu Aro.
Dari cerita tersebut menurut orang tua-tua terdahulu bahwa kayu pancang perahu inilah diambil nama dusun dengan nama Dusun Aro yang akhirnya berganti menjadi Desa Aro.
Dalam sejarah perkembangannya, Aro tempo doeloe, sama halnya dengan desa-desa yang lain tidak mengenal tekhnologi dan pemasaran, mata pencaharian masyarakat hanyalah pada sektor pertanian dan perkebunan yakni menanam padi dan karet, masyarakat masih jauh dari kesejahteraan, lebih-lebih pada zaman penjajahan terutama zaman penjajahan Jepang, dimana penderitaan masyarakat terjadi dimana-mana. Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja masyarakat harus mengkonsumsi Adum (sejenis tanaman umbi-umbian yang beracun) dan itupun harus direndam satu hari satu malam untuk menghilangkan racun yang dikandung pada tanaman tersebut, tanaman Padi yang ditanam oleh masyarakat tidak dapat dituai karena habis dibakar oleh penjajah Jepang. Kondisi masyarakat waktu itu sangat memprihatinkan, namun bagi kaki tangan para penjajah dan tetua kampung sedikit mendapat perhatian dari Pemerintah Jepang, mereka mendapat berbagai jenis makanan pokok seperti Beras, Gula, Garam, Minyak dan sebaginya.
Bagi masyarakat biasa makanpun sangat sulit apalagi memikirkan pakaian, sehingga karung gonipun dibuat menjadi dasar pakaian. Nilai tanah tidak ada artinya karna tanah sebidang dapat ditukar dengan satu garam atau satu karung ubi asalkan dapat makan. Kondisi ini berlangsung cukup lama dan mulai mengalami perubahan sejak Penjajah mulai menigalkan tanah air.
Penderitaan masyarakat mulai mengalami perubahan meragkak kearah yang lebih baik lebih-lebih masyarakat sudah mengenal nilai tukar uang dan dikenalkan dengan dunia luar. Sektor Pertanian menjadi andalan bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari yakni dengan menanam padi sehingga untuk kebutuhan pangan sudah terpenuhi sebagaimana mestinya.
Masyarakat Desa Aro dikenalkan dengan ilmu dan teknologi sejak adanya perusahaan asing masuk ke Desa Aro yang bergerak di sektor industry yakni industri papan triplek/kayu lapis/plywood yaitu PT. IFA pada tahun 1975. Dengan didirikannya perusahaan tersebut perekonomian masyarakat mengalami perubahan yang cukup drastis, dari sektor pertanian masyarakat beralih ke sektor industri dan mayoritas penduduk Desa Aro bekerja sebagai karyawan, sektor pertanian mulai ditinggal oleh masyarakat dan hanya sedikit masyarakat yang bekerja sebagai petani. Pendirian perusahaan ini juga berimbas dengan dibangunnya infra struktur jalan menuju kota kabupaten dan kecamatan dan secara tidak langsung membuka wawasan masyarakat akan perkembangan dunia luar.
Pertumbuahan perekonomian masyarakat yang membaik ini berjalan cukup lama seiring dengan pertumbuhan zaman ke arah moderenisasi. Namun seiring dengan perkembangan dunia usaha dan kelesuan di berbagai sektor berimbas kepada produktifitas perusahaan, diaman-mana dunia usia mulai mengalami keterpurukan, banyaknya perusahan di tanah air mengalami kerugian dan berakibat pengurangan karyawan bahkan PHK besar-besaran. Penomena ini juga terjadi pada perusahaan PT. DAFP (Dusun Aro Forest Flywood) yang telah beralih nama dari PT. IFA menjadi PT. DAFP, sehingga pada tahun 2004 perusahan megalami vailid maka terjadilah PHK besar-besar dan perusahaanpun ditutup karna tidak dapat lagi berproduksi karna kelesuan permintaan luar negeri, dan perekonomian masyarakat mulai goyah.
Setelah PT. DAFP tidak beroperasi lagi di Desa Aro, mata percaharian masyarakat beralih kepada sektor pertanian dan perkebunan (back to basic) terutama sebagai penyadap karet dan sawah. Walaupun dalam keadaan demikian selangkah demi selangkah perekonomian masyarakt terus merangkak kearah yang lebih baik dan masyarakat Desa Aro mulai melirik sektor lain seperti sebagai petani kerambah ikan sehingga sampai sekarang ini jumlah kerambah ikan yang ada di Desa Aro lebih kurang 750 unit.
Dari fenomena tersebut masyarakat Desa Aro tidak kehilangan mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga timbul suatu semboyan yang memacu semangat untuk terus berpacu dan berprestasi dengan semboyan : “PHK bukanlah akhir dari segalanya”.
Desa Aro pada masa kini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat dan terus berupaya lebih maju dari desa lain, hal ini terbukti dengan pernah diraihnya berbagai prestasi-prestasi yang dapat mengharumkan nama desa, salah satunya adalah Meraih Juara I Lomba Desa Tingkat Propinsi Jambi tahun 2005 dan Juara I Lomba PHBS Tingkat Nasional pada tahun 2008 dan berbagai prestasi lainnya sehingga Desa Aro diperhitungkan di tingkat Nasional dan Propinsi Jambi serta Kabupaten Batang Hari lebih-lebih di tingkat Kecamatan Muara Bulian.
VISI : “Melayani Masyarakat Secara Menyeluruh Demi Terwujudnya Desa Aro Maju, Mandiri, Sehat, Sejahtera Dan Berakhlakul Karimah"
MISI : 1. Mengoptimalkan Kinerja Perangkat Desa Secara Maksimal Sesuai Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Desa
2. Melaksanakan Koordinasi Antar Mitra Kerja
3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia dan Memanfaatkan Sumber Daya Alam untuk Mencapai Kesejahteraan Masyarakat
4. Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan yang ada di Desa Aro
5. Meningkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat
6. Meningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa Aro dengan Melibatkan secara langsung Masyarakat Desa Aro dalam berbagai bentuk kegiatan
7. Melaksanakan kegiatan pembangunan yang jujur, baik dan transfaran serta dapat dipertanggungjawabkan
8. Mengoptimalkan pembangunan masyarakat Desa, bersinegis bersama Pemerintah Pusat dan Daerah dalam rangka terselenggaranya
Desa yang Mandiri
9. Mengoptimalkan Peran-peran Pemuda dalam sektor-sektor UMKM, Penyedia jasa, pertanian/peternakan dan keagamaan untuk terciptanya
Desa yang Maju dan Mandiri
10. Mengoptimalkan pengesahan/Legalitas Hak kepemilikan Tanah melalui Program Sertifikat Tanah (PTSL)
Ut possimus qui ut temporibus culpa velit eveniet modi omnis est adipisci expedita at voluptas atque vitae autem.
Silahkan buka website: https://arodesa.com.
Semua pelayanan yang kami berikan tidak dikenakan biaya alias gratis.
Waktu pengurusan tergantung jenis pelayanan. Ada yang cepat dan ada yang lambat.
Alamat : Jln. Desa Aro
pemdesaro45@gmail.com
085378713575